Bocah manis istimewa itu, Al Faruq kesayanganku, kemarin
berusia tepat dua tahun enam bulan. Kealpaan kami sebagai orangtua untuk
mengingatnya. Mungkin karena kini usianya sudah tak lagi dalam bilangan bulan
kah, sehingga penambahan umur sebulan tak lagi istimewa? Mudah-mudahan tidak.
Saya sendiri lebih memilih percaya pikiran kami lebih tersedot pada balada si Abi
yang lembur dua malam berturut-turut (di akhir minggu) sebagai penyebab kealpaan ini.
Bagaimananpun, selamat milad, Anakku. Sayangku tak pernah
berkurang dari dulu, bahkan semakin menumbuh. Ibarat pokok pohon yang akarnya
semakin dalam menghunjam ke bumi, itulah kasihku padamu, Nak.
Memang ada kalanya Ummi marah; terlontar nada keras. Tetapi, Nak,
itu akan selalu jadi hal yang Ummi sesali. Mengapa tak bisa lebih sabar pada
dirimu, yang masih begitu muda mencecap dunia. Mengapa begitu egois Ummi
memintamu pengertian, saat Ummi sedang lelah atau sibuk? Padahal sudah
berkali-kali Ummi mengingatkan diri, tak ada kesibukan di atas kesibukan
mengurusmu. Astaghfirullah :’(. Nantinya, seperti yang lalu-lalu, saat kau
akhirnya terlelap, Ummi akan beringsut di sisimu, memegang jemari mungilmu dan
membisikkan kata maaf. Lagi-lagi keegoisan Ummi, memintamu untuk selalu
memaaafkan :(
Doa kami selalu, Nak.. Azka tumbuh menjadi anak yang sholeh
dan bermanfaat. Karena doa terbaik adalah yang selalu dipanjatkan, maka kami
abadikan dalam namamu. Umar Azka Al Faruq Wahid, jadilah pemimpin yang paling
bersih dan suci, pembeda antara yang haq dan yang batil. Aaminn..
I love you so so much, Anakku..
*Ditulis saat Azka terlelap,
setelah hari yang panjang, menguras emosi dan penuh air mata.
2 comments:
kadang kalau abis marah sama anak,
ada penyeslaan dalam banget ya mbak
touching post ^^
salam kenal
iya bener mbaaa T_T salam kenal juga ya mb :)
Post a Comment