Wednesday, November 4, 2009

mencari pembenaran

anyway dalam perjalanan ke ITS Online tadi entah kenapa saya tiba2 kepikiran buat nulis postingan ini.hmm inspirasinya dari temen yang baru aja putus dengan pacarnya

si temen ini kita panggil aja Bunga menumpahkan unek-uneknya pasca putus dengan si Abang, kita panggil saja mantan cowoknya seperti itu. sekali dua kali saya bersimpati layaknya seorang teman yang ikut sedih atas kesedihanan temannya. kali berikut dan berikut serta berikutnya lagi waktu dia curhat, saya mulai mikir.'hey, it sounds familiar..'

mungkin sudah jadi rahasia umum kalau saya pernah punya sedikit emm trouble dengan ah saya gatau nyebutnya apa, well katakanlah my ex lover. hubungan yang saya aakhiri sendiri dengan baik-baik dengan niat dan tujuan yang baik pula nyatanya jadi bencana di belakang. kalau orang lain brantem lalu putus. mungkin saya kebalikannya. udahan dulu baru brantem. saya ingat betul waktu itu, permintaan si ex untuk tetap menjaga tali silaturahmi nyatanya cuma jadi slogan kosong karena hampir satu tahun saya memilih buat tidak bicara dengan dia.

pada rentang waktu saat saya tidak bicara dengan my ex-lover tersebut, saya selalu bisa menemukan kesalahan-kesalahannya. yang dulunya lucu, saya bilang tidak dewasa. yang dulunya no problem, saat itu menjadi tambahan alasan untuk semakin membencinya. bahkan saya sampai mendedikasikan satu postingan khusus tentangnya yang berisi semua kemarahan dan kekecewaan saya terhadap dia.

salah satu sahabat saya yang lain pernah bilang, sesimpel 'yang sudah ya sudah'. kalau saya melihat ke belakang sekarang saya mungkin cuma bisa tersenyum kecut dan berpikir betapa bodohnya saya saat itu. menghabiskan air mata, mengotori hati..semua sia-sia. kenapa waktu itu saya ga bisa cuma melepaskan dia lantas menutup mata dan berlagak tidak mau tahu? karena sebenarnya apa yang dilakukan dia toh bukan urusan saya lagi. dia juga bukan apa-apa saya lagi jadi kenapa saya harus terluka dengan yang dilakukannya di kemudian hari?

dan kenapa kita kaum perempuan suka menyambung-nyambungkan apa yang terjadi sekarang dengan apa yang terjadi di masa lalu?


misalnya..setelah putus cowok jalan dengan sahabat kita. serta merta kita lantas berpikir 'wah gila jangan2 pas masi sama gue tuh cowok udah flirting ke sobat gue?' gimana kalo ternyata itu cuma kecurigaan ga beralasan? bahkan kalupun benar begitu, lalu apa urusan kita? toh kita sudah over sama dia..well done.selesai. titik.


balik lagi ke masalah temen saya itu. secara keseluruhan cerita kami banyak sekali memiliki persamaan. samapai sekarang dia masih suka peeking what her ex boyfie did. dia masih meributkan apa yang dilakukan mantannya itu dengan cewek lain, yang konon dulu pernah disukai si mantan. bicara fakta, mungkin si mantan memang sudah dekat dengan wanita lain. bicara logika, it's enough mate. itu bukan urusan kamu lagi..buat apa kamu meributkan apa yang dilakukan cowok itu, toh dia bukan pacar kamu lagi..
saya perna tanya, emang kamu pengen balik? jawabnya enggak. tapi dia bilang ga rela kalo ternyata mereka putus karena cewek lain.
batin saya, kalau ga rela tapi ga mau balik lantas mau apa? mau menyimpan ketidrelaan tersebut sampai bikin badan sakit sendiri?


ini memang kesalahan umum khas cewek. saya pernah melaluinya sekali karena itu saya ga pengen temen-temen saya yang lain terjebak dalam lubang yang sama. ganti2 status di dunia maya yang isinya mengecam sang mantan, walopun ga nyebut merek tapi seisi dunia tau betul yang dia maksud siapa


jadi buat Bunga, biarin Abang bahagia dengan pilihannya sekarang. kita ga tau ke depannya gimana tapi tolong relakan dia. kalau dia memang salah deep inside his heart pasti ngerasa dan penyesalan akan muncul dengan sendirinya.no offense.




yang sudah ya sudah ya nduk, plis? :)
we love both of you
you go girl!





PS: kata mas galih, tak baik bersedih-sedih terus walaupun kita memang sedang ingin bersedih-sedih

No comments: