Saturday, May 21, 2011

Cermin

Entrepreneur, technopreneur, segala sesuatu soal wiraswasta itu seolah menjadi tren abad ini. Di kampus saya yang notabene adalah kampus teknik pun tak urung ikut menggalakkan program kewirausahaannya, bagi mahasiswanya tentu. kalau buat dosen kayaknya enggak, mereka sudah terbiasa proyekan tanpa diajari kok #eh :)

Saya termasuk yang ikut melirik. Sebenarnya sudah lama saya bercita-cita jadi pengusaha tapi tidak pernah terpikirkan untuk melakukannya di saat semester akhir seperti ini. Semester awal dulu? Malangnya saya belum tergerak. Menjadi seorang entrepreneur semasa mahasiswa memang tidak mudah. Tak cuma sekedar melaksanakan kegiatan sebulan dua bulan, tapi perlu keistiqomahan kalau memang diniatkan menjadi bisnis yang terus berkembang, bukan sekedar agar medali emas Pimnas di tangan, kalau ide bisnisnya lewat PKM tentu saja. Perlu effort, motivasi dan kecintaan luar biasa. Sialnya salah satunya saya tidak punya, paling tidak saat ini. Effort, ya effort.

Lagu lama soal menejemen waktu. padahal saya tidak sibuk-sibuk amat. Fakta bahwa junior, senior dan juga kawan seumuran saya sudah banyak yang berbisnis sedangkan saya baru bisa memulai pelan-pelan ternyata mengganggu juga. Saya jadi merasa terintimadasi dan tentu kepengen seperti mereka yang telah lebih dahulu sukses.

Tapi dialog suatu malam dengan kawan berkomitmen saya membuka perspektif lain.

Kawan berkomitmen saya ini, sebut saja Abi ini menceritakan tentang kawan berorganisasinya semasa mahasiswa yang sukses berwirausaha. Kawannya itu sudah memiliki dua cabang bimbel di Surabaya dan akan membuka dua juga di Kertosono juga, kalau saya tidak salah ingat. Gampangnya saja, dalam usia kurang dari dua lima, money already works for him. Salut? Pasti. Iri? Bisa jadi.

Abi sendiri selepas berkuliah memilih untukmengejar cita-citanya sejak lama, bekerja di salah satu perusahaan multinasional. Ya, sebagai pegawai yang mungkin bagi sebagian orang berpikir; memang jaman ya masih jadi pegawai sekarang? Namun Abi, melihatnya dengan perspektif lain.

Terinspirasi dari kawannya, Abi berkata bahwa intinya yang kita cari dalam hidup ini adalah kebahagiaan. Apakah mau jadi pegawai, jadi entrepreneur, yang penting adalah kita suka dan menjalankannya sepenuh hati. Kawan Abi bisa jadi memang menikmati menjadi seorang pengusaha, karena itu ia sukses. Sedangkan Abi, bisa jadi tak terlalu menikmati pressure menjadi pengusaha saat ini. Saya? Saya jadi ingin menjadi pengusaha besar nantinya, tapi saya tidak mau terlalu ngoyo sekarang saat masih banyak yang ingin saya kejar, dan bukan di bidang bisnis.

Jadi apa sih intinya? Ya cerminan aja buat diri kita sendiri. Sesederhana itu, lakukan apa yang kita suka, jangan pedulikan pandangan orang lain.


"Do something cause you love it not because you looked good doing it "
Alanda Kariza



No comments: