Friday, May 25, 2012

Flipped

I'm using bahasa Indonesia, peeps :)

Saya ingat tahun 2007 pertama kali saya menulis blog. Saya lupa tanggal dan bulan pastinya (saya belum mengecek di postingan pertama, mungkin sekitar Oktober 2007). Yang masih jelas teringat adalah alasan saya menulis blog. Salah seorang senior saya baik di jurusan maupun di ITS Online-lah yang membuat saya akhirnya mulai menulis diary online ini; Mas Ayos Purwoaji. Beliau terlebih dahulu menulis blog dan memprovokasi saya untuk menulis juga. Saat itu walaupun belum melihat blognya secara langsung, saya langsung tertarik dengan ide menulis diary secara online. Terlebih saat saya akhirnya melihat blog beliau, makinlah saya bersemangat untuk menulis blog.

Di awal-awal saya menulis Mas Ayos jugalah yang rajin memberi komen, se-cemen apapun postingan saya. Hal itu membuat saya terus menulis karena merasa ‘ada yang membaca tulisan saya’. Belakangan saya belajar bahwa cara Mas Ayos yang seperti itulah yang membuat saya tidak mutung menulis di awal-awal. Pada saat yang krusial, beliau memberikan pondasi yang kuat pada saya agar terus menulis.
Di kemudian hari Mas Ayos semakin jarang memberikan komen, tetapi pada saat itu saya sudah sampai fase di mana saya menulis bukan untuk dibaca orang lain, tetapi lebih ke pemenuhan kebutuhan batin *tsahh...* Namun bantuan Mas Ayos di masa-masa awal itu tidak akan saya lupa :') Makaci eaaa Mas Ayos..:D

Awal menulis saya menulis menggunakan bahasa Indonesia. Kemudian samapai pada suatu titik saya mulai membaca blog mereka yang berbahasa Inggris. Blog-blog awal yang saya baca antara lain milik Alanda Kariza, Cassey dan Mbak Nani Puspasari. Betapa kerennya, pikir saya, bisa menulis lancar dalam bahasa Inggris. Saya pun kepengen. Kemudian saya bertekad untuk bisa lancar menulis dalam bahasa Inggris. Caranya? Dengan menuliskan setiap postingan dalam bahasa Inggris. Full.

Sungguh saya pasti tidak berani membaca tulisan saya lagi jaman itu. Untk menulis satu postingan bisa menghabiskan waktu sehari, dengan kamus tergenggam di tangan. Saya ingat masa-masa itu saya suka mau menangis. Ampun menulis aja kok susah. Kenapa niatnya curhat aja kok dibikin susah banget kudu bahasa Inggrisan, pikira negatif saya kala itu (waktu itu istilah galau belum dikenal). Tapi saya memaksa diri saya untuk terus menerus menulis. Belakangan, abang saya yang lain di ITS Online, Mas Arif Hidayat (yaopo kabarmu, mas?) memperkenalkan saya pada kamus online pertama saya,www.kamusorisinil.com, yang membuat saya tidak harus membawa kamus hardcover ke mana-mana. Selanjutnya, perlahan tapi pasti menulis bahasa Inggris menjadi sebuah kewajiban yang dijalani dengan tidak berat hati.

Ketika melihat ke belakang saya masih mengagumi semangat saya saat itu. Tanpa saya sadari, sekarang saya bisa menulis bahasa Inggris dengan lebih mengalir.Saya tidak bilang bahasa Inggris saya buaguuss, tapi jelas saya meningkat cukup pesat dibandingkan awal kuliah dulu hehe... Apa jadinya bila dulu saya tidak ‘iri’ melihat mereka yang menulis blog dalam bahasa Inggris? Saya tidak tahu. Bisa jadi hari ini saya masih stress setiap disuruh menuliskan artikel dalam bahasa Inggris :p

Saya merasa sedikit banyak keinginan saya sudah tercapai. Ya, saya bisa menulis blog dalam bahasa Inggris dengan kualitas yang mencukupi (ini sih subjektif saya... gimana menurut Anda? :p). Di sisi lain, kini ada hal lain yang lebih menggelitik. Ketika saya memutuskan untuk menulis every single post dalam bahasa Inggris, ada yang saya korbankan. Apa itu? Kemampuan merangkai kata-kata indah dalam bahasa Indonesia. Saya bahkan mulai merasa tersaingi (dalam artian positif, kompetisi itu perlu :p ) oleh partner saya sendiri yang punya blog yang dia isi dengan small inspiring things he found in daily life. Blognya ciamik, gaya menulisnya asyik. Saya sampe heran sendiri, ini orang mantan jurnalis yang jam terbangnya diragukan, tidak pernah belajar menulis secara khusus, mentok-mentok nulis laporan Tugas Akhir (yang omong-omong, tipis) tapi sungguh tata bahasanya benar, runtut, gaya berceritanyanya pun mengagumkan. Belum pilihan temanya yang selalu bikin saya ngerasa ‘ih iya banget, kok gue ga perna kepikiran nulis ya?’.  Lalu bagaimana bisa saya yang hampir empat tahun jadi jurnalis, (dulunya) sering juara lomba menulis sekarang bisa-bisanya ngeper melihat tulisannya? Sungguh membuat isin (malu, bahasa jawa).

Dari situ saya berpikir bahwa praktis setelah lulus SMA saya tidak punya (atau tidak menyisihkan) waktu untuk menulis dalam bahasa Indonesia seperti yang saya lakukan dulu. Saya tidak pernah ikut lomba apa-apa lagi. Saya memang menulis artikel berita untuk websitekKampus saya secara rutin mungkin sekitar dua tahun pertama masa kuliah saya, tetapi harus kita akui itu beda karena prinsipnya menulis hot news, apalagi buat media website, adalah singkat dan lugas. Mungkin lain bila saya rajin menulis opini, yang pada kenyataannya tidak juga. Saya lebih suka ngoceh di blog saya yang omong-omong saya treatment full English.

Dan pelan-pelan saya sadar bahwa saya bukan lagi that one yang tidak punya problem untuk menuliskan artikel 500 halaman dalam tempo setengah jam lantas menang lomba.

Kemampuan menulis seperti pisau yang akan tumpul kalau tidak dilatih, seseorang pernah mengatakan hal itu pada saya. Dan saya akui, saya sedih menghadapi fakta bahwa itu sedang terjadi pada diri saya.

Pada akhirnya waktu yang saya sisishkan untuk menulis rutin dalam empat tahun ke belakang ini mungkin sebagian besar beriorientasi pada kemampuan meningkatkan bahasa Inggris saya. Tidak ada penyesalan, tentu, karena saya mendapatkan banyak sekali selama proses yang saya jalani selama ini. Namun ini adalah titik di mana saya harus mengevaluasi diri, mencoret target yang sudah terlampaui dan mengejar target lain yang masih tertinngal. Saya putuskan mulai saat ini blog ini akan berisi dua bahasa secara seimbang, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Harapannya, saya juga akan menulis lebih rutin karena keberhasilan bukan proses semalam tapi hasil kerja keras yang terus menerus alias rutin.

Terima kasih secara khusus buat Anda yang suka mengintip tulisan saya, mudah-mudahan ada sesuatu yang didapat dari tulisan saya ini :) Terima kasihjuga untuk MasnyaMisstyzha yang banyak melalukan hal sederhana tetapi dalam kesederhanaan itu justru menginspirasi saya :)
Sampai ketemu di postingan berikutnya! English or Bahasa Indonesia? We’ll see :)

*cium basah xxxx*

1 comment:

essa.abubakar said...

Hehehe..sejak saya "disihir" oleh mantan Korlip ITS on Line lewat jepretan kameranya, saya menjadi mudah pusing bila sekejap saja tidak mendengar kabar tentang si Korlip. Dan bukan itu saja, "sihirnya" membuat(lebih tepatnya memotivasi) saya senang menulis. Hihhh kurus!