Please take it as an apology for being so dumb forgetting
your birthday, ya, Dil :* Aslinya guweh ingeettt...tapi mau chat malah kelupaan
sampai besok, besok dan besoknya :(
2007
Sore itu cerah. Dedaunan berdesir tertiup angin. Angin
membelai manja wajah-wajah polos kami, para mahasiswa baru Jurusan Desain.
Dengan kostum bertema sporty 80’s,
kami tampak mencolok di pelataran Masjid Manarul Ilmi. Memang ospek Jurusan Desain
terbilang seru karena minus baju wajib ospek yang membosankan itu; setelan putih
hitam. Namun ospek tetaplah ospek. Tidak banyak dari kami yang bertukar senyum.
Tidak banyak yang memanfaatkan waktu untuk saling berkenalan. Tapi sore itu, saat
kami duduk-duduk rehat di sela aktivitas ospek, Allah memalingkan wajah saya
dan wajahnya untuk saling bertatapan. Ia nyeletuk ringan dan saya menanggapi. Kami lantas berkenalan. Langsung terpatri di benak sosoknya yang manis dan hangat. Sekejap,
ia menjadi sahabat saya. Salah satu sahabat pertama saya di masa kuliah :)
Saya langsung lengket dengan Dila. Perbedaan prodi, dia di
Interior saya DKV, tidak membuat intensitas pertemuan kami berkurang. Masa kuliah
awal yang belum begitu sibuk membuat kami banyak punya waktu luang untuk window
shopping atau nonton konser bersama. Saya yang dari kota kecil di Pulau
Kalimantan dengan cepat belajar dari Dila yang tergolong anak gaul haha... Keliling
dari satu distro ke distro lain (waktu itu distro masih hip banget di
Surabaya hihi)...nonton gig band-band indie (yang awalnya terdengar aneh di kuping—biasanya
dengerin boyband :)) ).. mengunjungi pameran.. pasar barang bekas...semua Dila
yang kenalkan.
Salah satu momen paling sedih itu mungkin pas Mamanya Dila
nggak ada. Subuh-subuh saya dapat telpon dari Dila, kirain ada apa. Ternyata
dia ngabarkan kalau mamanya kecelakaan dan meninggal sepulang dari silaturahim
lebaran. Sayapun shock. Tone suaranya
Dila terdengar biasa saja waktu itu, dan dia masih bisa ketawa kecil untuk
meyakinkan saya bahwa kabar itu benar adanya. Saat telpon ditutup saya masih
shock tapi segera menelpon kawan yang lain untuk mengabarkan. Paginya saya
bertakziah ke rumahnya tapi hanya menemui adiknya yang berucap ‘Kak La lagi
istirahat’. Bada’ Dzuhur baru saya sempat melihat wajahnya saat mengantar mamanya
ke peraduan terakhir. I guess that was
the first and the last time I saw she cried.
Ada yang pernah bilang bahwa persahabatan itu tidak
seharusnya mengikat. And I can’t be more
agree than it. When we grow, we may change. People do change right? Saat
orang berubah mungkin ia akan mencari lingkungan baru, orang-orang baru yang
lebih cocok dengannya. Ada kalanya kita harus merelakan orang-orang terdekat kita untuk mencari ‘kolam’nya
yang lain. And that is okay..
(If you want, you can
stay. So whenever they comeback or even just checking, they know you always there :) )
I guess that was what happen to us.
Seiring dengan makin sibuknya perkuliahan, semakin jarangnya
waktu luang (saya mulai aktif di pers kampus yang lumayan menyita waktu karena jam kerjanya yang tak menentu), lama kelamaan jadi semakin
susah mencocokkan jadwal kosong. Intensitas bertemu dan jalan-jalan bareng pun
berkurang. Quality time jadi berkurang.
Di saat yang sama kami
jadi lebih sering nongkrong dengan temen-temen seprodi yang notabene lebih sering ketemu. Saya punya
temen-teman baru yang saya ajak curhat atau saya ajak nge-mall, so did her.
Ada orang lain yang pertama-tama saya ceritain about the guy next door. So did her. Maybe.
Suka atau tidak suka, diakui atau tidak, kadang keluar
bareng jadi sekedar formalitas, sekedar karena sudah lama tidak keluar bareng.
Obrolan jadi agak nggak nyambung karena masing-masing mengembangkan
ketertarikan yang berbeda. Bingung mau ngobrolin apa, padahal dulunya sampai
nggak tidur gara-gara ngobrol. Guyonan kadang juga nggak bisa lepas seperti dulu. Selesai hang out yang biasanya berwujud nonton atau makan bareng, kami langsung pulang. Selesai.
2015
How time flies, ya, Dil?
Mungkin sudah lewat waktunya buat aku untuk ngebelain pulang
tengah malam demi gig band indie..
(To be honest, I stop listening to them. I forgot where did
the last time I used my Ipod. )
Mungkin sudah lewat waktunya muterin distro, nyobain segala
macem baju tapi ujung-ujungnya nggak beli..atau kamu doang yang beli hihi..
( I should admit that, until
now, distro products are bit too pricey for me)
Mungkin nomor kita yang simpati dulu sudah hangus juga
haha.. So 2007 banget yaa..when
others use si kuning, kita waktu itu masih setia sama si merah hihi
Mungkin.. ada kebersamaan yang nggak akan kembali..
Mungkin aku yang berubah?
Sedikit lebih serius? Hmm..sedikit lebih serius menatap
hidup? I don’t know..
When in other side, you become more social (I know you love
to be photographed long before the selfie bomb haha..)
Mungkin memang hanya waktunya kita berubah :)
Mungkin kita hanya mengambil jalan yang berbeda..
Jalan yang bersisian, semoga
Supaya paling nggak kita bisa saling melihat bahwa each other okay :)
By the way.. kalau ada yang perlu dimaafkan, I am the one who should beg it at first.
Maaf untuk sikap nyebelinku. Yes, I know I can be so nyebelin! Hahaha...
I married someone who call me nyebelin at least once a week, so you
know.. maybe I was born that way. Not that I am not trying to fix it.. I try my
best to minimize it *grinning*
Sorry for not being in most of your worst day..
Sorry for not being able to stay..
To complement you, and become supportive friends all the
time..
I just want to say that I am happy for you, for the path you
choose, and hope everything will work out fine for you, and may Allah bless you always..
I always be that kind of over protective guys to someone or
something I love most... and you are one of it. Itu mungkin yang bikin aku ngga
begitu excited in most of time kamu cerita soal cowok yang kayaknya serius sama
kamu. Aku kadang merasa they were not good enough for you... why don’t you find
someone who actually has qualification to be your imam, for God's sake??
But I realized now, yes, it is maybe I am who are too
protective (and over worrying about the bad-result-end. Don’t blame me, I
mostly saw you being childish even though you are older than me! :p ). Everything
is in your hands by the way..
So whoever you choose to be with now, I hope the best for
you, Dil. I hope there will be a time to know that person better once you and
him finally tie the knot (and found the reason why he deserved you :p ).
By the way... I tried to find some of our old photos but my harddisk was
cracked :(((((. It tore my heart knowing the fact that maybe the files won’t back :'(
I miss our happy smiles
back then, even though I don’t need to be reminded
how good those times were :)
Dil, mungkin our golden times sudah usai. But we still have
the future. Let’s see if we can make it again :)
Sincerely yours,
( because the I-love-you seems like something you say to
someone who you wanna kiss. And of course I am not gonna kiss you! I just kiss
a man. Okay, stop it)
-Someone who tried her best to stay-
No comments:
Post a Comment