Tuesday, January 6, 2009

bye, dear isma..

kmaren mungkin adalah hari paling penuh kontradiksi yg perna terjadi..

Ada dua kabar ys sama2 bikin speechless. Bedanya yang satu kabar baik satunya kabar buruk.

Well kabar buruk dulu.

Kmaren pas UAS ilustrasi siang itu saya dapat sms. Smsnya serem.


Temen2 mohon doanya ya buat kesembuhan isma, kondisinya kritis..sebarin


Sms itu datang saat pikiran saya masih penuh soal ilustrasi dan tugas ftografi yang belum kelar. Seraya berdoa cepat2 saya mengirimkan sms itu ke teman2 yg lain trus lanjut mengerjakan UAS.

Sepuluh menitan kemudian ada sms lagi. ga perlu saya sebutkan di sini bunyinya karena sangat miris sekali. Intinya si pengirim c bilang minta kesalahannya Isma dimaafkan agar dimudahkan jalannya..


Katanya badan isma sudah dingin. Dan saya merasa badan saya pun mulai dingin.


Kalut. Sms bebrapa teman yang lain sementara sms2 yang sama juga terus berdatangan dari beberapa nomor yang berbeda.


Dan beberapa menit kemudian saya dapat sms lagi. membaca kalimat pertamanya aja udah mau pingsan. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun..


isma juriyadina

cuma ada fto ini..inipun nyomot dari fs.smua ftonya ada di kompie ruma huhu


Isma adalah teman sekamar pertama saya waktu masih di asrama SMAN 10 melati Samarinda. Anaknya kecil putih tapi sama sekali ga menunjukkan kesan ringkih. Ibunya sering sekali menjenguknya karena itu banyak yang berasumsi dia manja. Belakangan kami baru tahu itu adalah kekhawatiran seorang ibu.

Menginjak tahun selanjutnya Isma makin sering sakit. Awalnya biasa saja sampai suatu saat ia benar-benar drop dan divonis, jantungnya bermasalah. Tapi Isma tetap kembali ke sekolah. Dan tiap ditanya sebenarnya sakit apa dia selalu bingung.

Banyak. Komplikasi.

Di kelas tiga sakitnya Isma menjadi hal yang biasa. Kadang2 si Isma yang jayus ini juga jadi mainan buat kami. Tentu dalam konteks bercanda pada teman. Kadang dengan mimik lucunya Isma suka mengadu dadanya berdebar-debar. “Bunyinya dug-dug begitu..”adunya.Spontan saja kami ngakak. Ih Isma jayus lho.. atau ya iyalah Isma jantung kan emang begitu.


padahal dia ngomong gt mungkin karena jantungnya sakit betulan


Tapi Isma sudah jarang ngedrop sampai harus dibawa ke rumah sakit. Paling kalau sudah agak capek dia ga ikut kegiatan. Harus saya akui semangantnya tinggi sekali. Beda sama kami yang sukanya pura-pura sakit biar ga usah ikut apel malam dan sebagainya, gadis ini malah semnagat sekali ikut kegiatan yang katanya menyenangkan.

Lulus SMA Isma dpt beasiswa ke Bakrie School of Management. Otak hitung-hitungannya memang moncer. Belum lama di sana saya dapat kabar dia sakit samapai harus dipulangkan ke kalimantan. Sakitnya ternyata begitu beratnya kali ini sehingga kuliahnya harus berhenti di tengah jalan. Sejak saat itu Isma di rumah saja, tidak kuliah. Kata teman-teman kadang ia membantu ayahnya di bengkel dan kadang ikut ibunya yang berprofesi sebagai guru.

Perginya Isma meninggalkan shock terapy cukup dalam. Lulus SMA saya memang ga pernah kontak langsung lagi dengannya kecuali lewat beberapa komen di FS. Dan saya sungguh menyesali itu. Sungguh2 menyesal. Atas dalih kesibukan saya merasa sangat egois untuk tidak meluangkan waktu bertukar kabar dengan teman2 walaupun hanya sms. Sms yang singkat sekedar tanya apakabar, tidak menghabiskan waktu dan cuma seratus rupiah itu saya tidak melakukannya. Saya sekedar tanya ke teman2 lain yang lebih peduli pada sahabat2nya tentang perkembangan teman yang lain ketimbang langsung tanya ke orangnya.

Kepergian isma meninggalkan lubang yang menganga juga bagi angkatan 8 SMA saya. Dengan jumlah angkatan tidak sampai enam puluh oranga, wajar kalau kami cukup akrab satu sama lain. kepergiannya kemarin membuat kami diam, menyesal dan tidak ingin bicara. Barusan sy sms temen saya dan dia menyebut ‘isma sudah ga ada’. Kalimat itu rasanay menohok ulu hati. Nggak ada. Sebuah keputusan final. Bukan lagi ‘isma sakit’ karena masih ada harapan dia sembuh. Tapi nggak ada. Titik. Tidak akan kembali lagi.

Kalau ada yang bilang tolong maafkan segala kesalahan isma saya malah memohon isma, seandainya dia tahu, untuk memaafkan segala kesalah saya. Karena sejauh yang saya ingat, dia adalah salah satu sahabat yang selalu meminjamkan lengannya dengan tulus.

Isma sekarang sudah tidak merasa kesakitan lagi. semoga tenang di sisiNya sahabat..

Semua ini masih terasa seperti mimpi. Rasanya saya masih ga bisa percaya kalau dia memang sudah nggak ada..

2 comments:

My Journey said...

ini kakak saya, jangankan ketemu saat terakhir, liat nisan nya pun gak pernah sampai sekarang :(

tyzha said...

oalah zumi to..kirain siapa hehe..
km ga pernah ke smd lagi ta zum? mampirlah ke rumah isma nanti di antar ke makamnya..ga jauh dr rumahnya. aku juga cuma sekali ke situ sama handa n maulida :(