Thursday, January 6, 2011

Let It Go :)

This post dedicated to you who maybe in the future will be asking ‘how’, ‘why’ or even ‘what the..’ things which made me become in this condition. Foreigners, pardon me, I’ll be using Bahasa again :) Oh and one thing, please don’t make any assumption at least till you read the whole story. Thankies, I appreciate it! Anyway, this post isn’t meant to be any excuse but sharing. Enjoy!


Okay this is a huge confession.

Saya gagal riset* semester ini. Whoa. Buat beberapa anak DKV, bahkan mungkin teman sejurusan saya mungkin akan menganggap ini sesuatu yang horor atau at least mengagetkan. Jadi bagaimana ceritanya?


Beberapa hari yang lalu saya bertemu dosen pengampu mata kuliah Riset Desain, sebut saja Mr X. Bisa dibilang saya baru dua kali asistensi dengan Mr X dengan judul riset saya yang baru. Yep, bukan rahasia umum kalau saya lumayan sering berganti judul. Apa alasannya? Anda akan tahu nanti.. Halusnya, Mr X menolak progress saya. Bayangkan saja, saat itu hari Senin, Jumat Bab 1 hingga Bab 4 dikumpulkan dan saya masih mental di Bab 1. Oke, memang saya dari awal tidak mengharapkan hari Jumat laporan riset saya bakalan sempurna, tapi paling tidak saya berprogress. Tapi kalau benar-benar mental, lha lalu apa yang mau saya kumpulkan hari Jumat? Mr X memang tidak serta merta menolak, jadi beliau hanya tidak melihat adaa problem desain dalam riset yang saya ambil. Saya disarankan untuk melakukan beberapa pengambilan data lain. Oke mungkin buat temen-temen yang bingung saya kasih sedikit clue saja. Jadi riset saya sedang meneliti mengenai kemungkinan sebuah official magazine kampus bisa diedarkan tidak hanya di internal kampus tetapi di luar. Tentu saja ketika official magazine kampus tersebut mau keluar, akan banyak perubahan di dalamnya termasuk content dan bisa jadi perwajahan. Di dua dosen sebelumnya, bahkan Mr X sendiri di awal menyetujui. Namun entah kenapa sore itu tiba-tiba Mr X bilang bahwa orang internal kampus sendiri belum tentu mau baca kenapa repot-repot mau dibawa keluar majalah tersebut. Saya tanya, lho Bapak tau dari mana sivitas akademik kampus tersebut tidak mau membaca majalahnya? Beliau hanya bilang pokoknya saya tahu.. Fenomena tersebut terlihat jelas, kata beliau. Mengacu, katanya sih, majalah tersebut istilahnya keleleran**. Jadi oleh Mr X saya diminta meriset mengapa sivitas akademik kampus itu sendiri tidak mau mebaca majalah kampusnya. Walaupun menurut saya ini masih statement pribadi yang bersangkutan tapi okelah saya setuju untuk melakukan riset ulang. Karena, pilihan apa lagi yang saya punya?



Awalnya saya bingung berat. Emm cukup syok sebenanrnya. Wajar saya rasa. Waktu sudah sedemikian mepet. Namun untungnya dukungan dari teman, pacar dan terutama orang tua tidak ada putus-putusnya. Jadi whatever the result, pokoknya saya gerak terus. Saya rencanakan untuk mengambil sampel dari mahasiswa, dosen, karyawan. Untuk mahasiswa saya tidak melakukan riset ulang karena sebelumnya saya sudah membagikan kuesioner dan hasilnya tidak ada masalah desain dari majalah tersebut menurut mereka. Hanya content yang bermasalah. Padahal saya diwajibkan mencari permasalahan yang bisa diselesaikan dalam ranah desain. Mr X tidak suka saya mengutak-atik content..yang ngomong-ngomong saya harus mengingatkan diri saya sendiri, mungkin benar. Saya kan kuliah di desain bukan ITS Online :D


Singkat cerita saya menemui beberapa orang lagi untuk melakukan depth interview. Yap, tidak mungkin dong saya membagikan kuesioner pada dosen. Iya kalau sama dosen jurusan saya sendiri, tapi dengan dosen atau karyawan yang lain? Haha bisa-bisa saya diseplak karena dianggap tak tau diri. Karena keterbatasan waktu dan seperti ada sesuatu yang mengganggu, saya hanya dapat wawancara dengan Presiden BEM, Kepala UPT Perpustakaan, Kepala UPT Pusat Bahasa dan Budaya, serta Kepala Humas dan Protokol. Rencananya saya juga mau wawancara dengan beberapa kepala jurusan dan pembantu rektor yang menangani bidang kehumasan terutama. Namun sayang pembantu rektor yang bersangkutan waktu itu sedang sibuk sekali sehingga belum bisa saya temui.


Lantas H-1 pengumpulan laporan saya baru bisa bertemu dengan dosen pengampu mata kuliah Riset Desain yang lain lagi, yaitu Pak Ramok. Sudah beberapa waktu sebenarnya saya ingin curhat dengan beliau tapi berhubung selalu dikerubuti anak semester bawah yang asistensi, baru pada H-1 saya bisa bertemu. Nah, curhatlah saya.. Intinya sih sebenernya sharing tentang apa yang sudah saya dapat sejauh ini, tentang apa yang dosen pengampu lain katakan, dan bagaimana pendapat pak Ramok mengenai hal ini.. mau dibawa ke mana riset saya ini ...hahaha.. #nyanyi


Intinya saya bilang bahwa sejauh ini, atau pada akhirnya lebih tepatnya, saya tidak menemukan bahwa sivitas akademik mengeluhkan adanya problem desain dari majalah tersebut. Dan karena Mr X bilang nggak usah ribut ke luar dulu, tapi rangkul yang di dalam, berarti ya saya cukup mendengarkan suara mereka yang di dalam dulu, tidak mendengarkan suara masyarakat luar bahkan alumni ITS. Saya cerita panjang lebar ke Pak Ramok, tukar pikiran, sampai pada suatu titik saya bilang
“Pak, kalaupun saya berusaha keras untuk sidang Maret mendatang, apakah judul ini masih bisa dipakai?”


Nah Anda tentu sudah bisa menebak bagaimana jawaban Pak Ramok. Oh don’t take me wrong, beliau menyampaikannya dengan cara yang elegan sekali tentu. Dan saya menerima kenyataan tersebut dengan cara yang elegan pula..haha tidak sih. Saya malah tertawa-tawa :D


Beberapa waktu yang lalu prospek gagal dalam riset mungkin seperti monster di balik batu yang tidak ingin saya hadapi karena mendengar kabarnya saja saya takut. Namun baru sekarang saya lagi-lagi diingatkan, Tuhan memang Maha Adil. Cuma Tuhan yang tahu big picture dari kehidupan saya, dan juga Anda semuanya. Saya jadi merunut yang lalu-lalu. Pengumpulan riset yang terus diundur bisa jadi adalah cara Tuhan  untuk mempersiapkan mental saya. Bahwa Tuhan membuat saya berjuang sampai akhir, sampai saya bener-bener yakin sendiri, bahwa ya memang jalan saya tidak untuk mengambil judul riset yang ini. Tuhan tidak membuat saya mengalah pada idealisme saya, tetapi membuktikan bahwa sisi idealis pun bisa saja salah. Sehingga semuanya terasa fair. Saya sendiri sangat lega bahwa saya bisa menerima kabar ini sedemikian tenangnya. Mungkin karena saya tahu saya sudah berjuang, dan saya tahu bahwa saya berhenti hanya ketika jalan sudah buntu, bukan saat jalan terasa gelap :)


Pada akhirnya saya jadi cerita banyak dengan Pak Ramok. Wah, saya dinasehati pol-polan. Mulai dari yang dibalut guyon sampai yang serius. Kata Pak Ramok belum kuliah namanya kalau belum 5 tahun haha..ngaco deh bapak :D. Saya cerita, tidak ada yang menuntut saya untuk lulus tepat waktu, ini cuma dari diri saya sendiri. Lalu beliau jadi tanya-tanya soal kesibukan saya. Ya saya jujur mengakui bahwa start riset saya memang terlambat. Ketika liburan kawan-kawan saya sudah memikirkan ingin mengambil jdul apa, saya masih pontang panting dengan Kerja Praktek dan.. mengepalai pembuatan sebuah majalah yang kebetulan waktu itu saya harus merangkap beberapa posisi karena yang bertanggung jawab dengan posisi itu berhalangan.


Hal tersebut berlanjut hingga majalah edisi berikutnya. Di tengah-tengah semua itu, judul yang saya ajukan juga kurang diterima sehingga saya harus ganti, padahal progress kelas Riset Desain terus berlanjut. Judul yang beikutnya kelihatan oke bahkan saya sempatkan riset di tengah-tengah melihat Pasar Seni ITB di Bandung. Namun akhirnya mental karena ada masalah yang lebih urgent ketimbang sisi desainnya. Kemudian judul berikutnya saya treatment sama seriusnya bahkan sampai riset ke Psikologi Unair, tetapi pada akhirnyapun menemui jalan buntu. Saya baru benar-benar bisa fokus kuliah awal November, yang omong-omng memang sudah terlambat sekali dengan membawa judul terakhir yang saat inipun akhirnya mental :D

Kalau kata teman saya, WidiTyzha kamu kok sial sekali..” buahaha..

Kalau kata Pak Ramok, memang perlu sense khusus untuk mendeteksi adanya problem atau tidak.. Nah sense desain saya itu yang mungkin kurang ya, jadi setiap judul yang saya sentuh problemnya selalu soal sosial bukan masalah desainnya haha..


Anyway.. saya tidak tahu apakah bisa tetap dengan rencana awal lulus 4 tahun atau tidak. Kalau saya masih kepengen lulus on time, saya harus ngebut banget suapaya bisa kolokium bulan Maret. Saya mungkin butuh waktu paling tidak seharian untuk memikirkan apa yang sebenernya saya mau. Tidak ada tuntutan dari orang sekitar untuk lulus cepat, di sisi lain-saya agak takut mengakuinya- kok rasanya masih banyak hal yang ingin saya capai selama menjadi mahasiswa. Dan mungkin waktu untuk mencapai semua itu tidak akan cukup kalau saya ngebut banget ngerjakan riset campur tugas akhir tahun ini. Tadi saya menelpon ibu saya untuk mengabarkan hal ini. Eh komennya malah gini: "Mbak pengen lulus cepet-cepet ta?" Gubrak! Batin saya: “haduh Bu, bukan lulus cepet-cepet, tapi on time!” *Kalau telat ntar nikahnya kapan? Haha... kiddin, mate!:))))


Pak Ramok bilang, kalau orang tua mah apa aja asal anaknya seneng. Yap, that’s the point. Apa yang membuat saya senang? Apakah lulus tepat waktu seperti plan saya sejak awal kuliah dengan konsekuensi waktu saya habis untuk mengejar progress? Atau mengembangkan hal-hal yang dulu belum sempat saya kembangkan sembari mengerjakan riset dan TA semaksimal mungkin? Tentu kalau boleh memilih saya kepengin lulus 4 tahun tanpa perlu kehabisan waktu untuk hal-hal yang saya suka. Tapi kalau sudah kepalang basah gini, nyaris tak mungkin. Talk about realistic. No pain no gain.


Kalau ditanya sedih, saya sempat sedih. Tapi bukan sedih yang bagaimana sih. Balik lagi, mungkin karena saya sudah menyiapkan mental untuk itu. Ingat postingan saya yang lalu. Malah sebenernya lebih ke lega sih. Bener-bener seperrti ada beban berat yang sudah diangkat. Karena berapa hari ini saya seperti orang gila. Jadi memang hubungan saya dengan riset boleh dibilang sudah tak sehat dan berpisah dengannya untuk sementara waktu benar-benar sebuah kelegaan besar hehehe... Namun bukan berarti saya langsung haha hihi bebas dari tugas. Seperti sudah diingatkan Pak Ramok, saya harus langsung start dari sekarang. Siap pak! Saya cuma minta sehari dua hari saja untuk benar-benar memikirkan langkah kedepannya (termasuk judul baru tentu saja :D).


Lantas.. buat temen-temen saya, temen kantor maupun temen kampus, atau temen lainnya yang selama ini selalu support bilang ‘kamu bisa!’ terimakasih.. Akhirnya begini bukan berarti saya tidak bisa. Ini adalah pelajaran besar. Kalau boleh jujur, dan ngaku bersalah sebenernya, saya pernah menjadi orang picik yang menganggap mereka yang lulus kuliah telat adalah mereka yang bodoh karena tidak bisa menej waktu dengan baik. For some cases, yes. Tapi ada beberapa kasus khusus yang membuktikan bahwa yah menej waktu memang tidak mudah, atau bahkan memang ada hal-hal yang sangat worth it untuk ditukar dengan perpanjangan kuliah satu semester atau lebih. Sebut saja Mas Ayos yang belum lulus-lulus tapi punya blog yang luar biasa ciamik itu. Atau yah ada kasus khusus yang di luar kuasa manusia untuk menolaknya, yang membuat sesorang yang sangat jenius pun kuliahnya bisa molor. So, thank’s God buat mengingatkan saya akan hal ini..


Buat orang tua tentu, supporter yang luar biasa. Kasih sayang tanpa pamrih, solat-solat malam, kekhawatiran akan anaknya stres yang membuat mereka nyaris menyusul saya ke sini adalah karunia tak terhingga buat saya. Terima kasih Bapak Ibu untuk menjadi orang tua yang selalu fair. Menjadi orang tua yang peduli pada hasil tapi tak acuh pada proses. Kalau Ibu dan Bapak adalah tipe ortu penuntut, saya yakin habislah saya sekarang haha.. Terima kasih untuk percaya bahwa saya selalu bertanggung jawab pada pilihan-pilihan saya :)

For my bf, nothing but thank you. Can’t say much about it here, we’ll talk about it later :)

Terima kasih buat Pak Ramok untuk menjadi dosen yang cool dan tidak menghakimi, yang mau mendengarkan pandangan-pandangan saya dan membiarkan saya kejedot agar saya bisa belajar kedepannya trik berjalan dalam gelap hehee..Senangnya punya dosen yang bisa diajak sharing tentang nyaris apapun! Suwun pak :D

Buat dosen pengampu matkul Riset Desain lainnya, terima kasih Bapak-Bapak. Saya benar-benar ditempa. Saya senang sekali, jujur beneran senang! Karena pengalaman ini luar biasa sekali, sungguh :)


Terakhir saya mau bilang, saya nggak menyesal. Mungkin akan ada yang bilang ‘aduh coba dulu kamu menej waktunya bla bla..’atau sekedar bilang ‘emane.. ‘. Well, thank you. Tapi herannya saya ga menyesal tuh. Saya bukan tipe yang suka berandai-andai. Dan pengalaman mengajarkan ’if’ will bring us nowhere. Saya masih bersyukur sekali karena diingatkan Allah sekarang, bukan di masa depan ketika mungkin masalah akan jadi lebih kompleks dari sekarang. Saya ga menyesali waktu yang terbuang sehingga saya harus berakhir seperti ini, karena memang tidak ada waktu yang terbuang dengan sia-sia. Saya tidak menyesali pilihan-pilihan yang saya buat di masa lalu, dan saya juga tidak sedemikian bodohnya untuk keep whining. Saya adalah manusia biasa yang berbuat kesalahan-kesalahan.


Jadi begitulah pengakuan dari saya. Mudah-mudahan bisa dimengerti oleh semuanya. Mudahan besok-besok ga ada yang mengasihani saya karena, hey, I’m more than okay! I really mean it :)

Daann..ingat, postingan ini bukan sebagai excuse, tetapi lebih ke pengakuan dan sharing. Setiap orang akan memandang dan bertindak berbeda dalam kondisi seperti ini, no worries :)


Oya..buat temen-temen yang mau kolokium Januari ini, ganbatte!! :)


Gotta see you around! Ciao. xoxoxox



 *Riset Desain adalah mata kuliah horor di DKV ITS. ini semacam pra-tugas akhir. Jadi kalau ga ikut/ ga lulus riset ya gabisa tugas akhir semester berikutnya. Dengan kata lain molor satu semester
**keleleran itu bahasa jawa yang artinya berserakan, enggak ada yang perduliin

6 comments:

LA Hanza said...

Keep Spirit mbak :)
tetap yakin bahwa jalan Allah adalah terbaik bagi kita :))

*depresi jg... divonis sekelas gag ada yg lulus mebel, hehee

tyzha said...

sip nif, thankiess :*

talk about hikmah, saya bisa muas2in di online dulu sblm cuti oktober mendatang :)

pak taufik ya?hahah tenang aja, kl smp g ngelulusin sekelas lagi bisa kena SP lagi bapaknya. semangat juga buatmu!!

Lisāna said...

i'm sure you'll pick up well and come up with something great, and finish with great results. always knew you aren't the one to back down at such things. we'll support you no matter what. :)

Anonymous said...

huooooooo terharu aku.. wuakakakaakakakakakaka selamat ya tyzha.. masih dibiarkan bersamaku beberapa saat lagi :D

tyzha said...

@icha
makasii ichaa..getting along with u all surely a perdect healer :) :*

@toemzoem
lah, bner kan. seneng arek iki aku kancani hahaha

dek_anggit said...

Ahahaha.. kita senasib tizaaa...

Tadi saya dihibur pak Sabar
"jangan berkecil hati.. nanti coba kita samakan persepsi.. apa yang kamu pikirkan, apa sama dengan yang dosen pikirkan"

saya down si.. tapi bentar doang kok..

Tuhan pasti punya rencana yang lebih indah nantinya InsyaAllah.. Amin... :)